
Masalah besar telah terjadi pada negeri ini yang senang tiasa
bergejolak tanpa henti dan tak menauk harus diarahkan kemana untuk memadamkan
gejolak didalam tubuh negeri ini, semuanya akan menjadi satu bumbu racikan
produk pemilik pencipta sistem,inikah ciri atau identitas negara kita sekarang
yang miskin semakin terseret ke lumbung liang lahat dan si kaya semakin
berlomba-lomba menimbung dan menggali jalan untuk mendapatkan tahta dan
kekuasaan tanpa memikirkan anak bangsa yang tercecer di alis jalan,dengan wajah
yang seakan meminta belas kasih namun
tak ada yang tersentuh. inikah yang dikatakan negara berkembang.bangsa yang kita
cintai ini hanya berkembang dan mengalami pembengkakan pada wilayah
kemiskinan,busung lapar,pendidikan yang terkatung-katung,dan perampokan uang
negara.bangsa indonesia urutan ke empat terbesar di muka bumi ini,agaknya
sedang mengalami krisis jati diri,krisis moral dan krisis identitas bernegara.begitu
banyak hal yang bisa kita banggakan pada negeri ini mulai dari sumber daya alam
yang diperebutkan negara-negara kolonial untuk menguasainya,namun banyak hal
juga yang membuat kita menyedihkan melihat problematika kebangsaan yang begitu
miris terjadi. Apa yang salah dengan negeri ini atau kah ada dosa yang harus di
tebus sehingga yang terjadi adalah problema yang selalu nya berulang-ulang yang tidak
berujung,hukum yang seharusnya berlaku secara adil kini tumpul dan melemah
karena rupiah,inikah gambaran hukum dinegeri ini yang hanya menitik beratkan
dan memanipulasi kejadian dengan nilai sehingga semua terlihat samar.ataukah
apa yang di katakan sang proklamator kita presiden pertama republik indonesia
dalam penggalan katanya yang mengatakan “perjuaganku lebih mudah karena hanya
mengusir penjajah,tapi perjuanganmu akan lebih susah karena melawan bangsa mu
sendiri” kini sudah terbukti dengan berbagai problematika yang tidak bisa
teratasi.mari merenung bersama dan memikirkan mau diapakan bangsa ini...
Adakah yang salah ketika penulis mengatakan yang sewajar nya yang
memang benar-benar terjadi pada bangsa ini.bila bangsa ini kita ibaratkan
sebuah rumah di pinggir jalan raya.burung garuda yang berisi 5 poin penting
yang tertempel seperti spanduk dan terlihat oleh pengguna jalan, maka seperti
ini lah bangsa dan pemerintah kita yang hanya di pajang namun tak mesti di
berlakukan dalam bernegara tanpa berlandaskan lagi dengan undang-undang dan
pancasila.ini jelas obsesi aneh ketika 5 poin itu hanya dijadikan sebagai
formalitas pajangan belaka karena hanya takut menjadi sorotan publik.sungguh
ironi negeri ini,sekarang para anggota legislatif sibuk melakukan sosialisasi
tentang 5 pilar kebangsaan agar jati diri negara mendarah daging ke setiap
insan,ini jelas-jelas hal yang sangat perlu untuk di pertanyakan apakah benar
kita semua ini yang berdiri diatas tanah NKRI sudah lupa untuk mengaplikasikan
landasan negara sendiri..sungguh miris dan harus tidur dulu untuk memikirkan
nasib negara,wajar jika problematika tidak kehabisan stock karena jiwa
nasionalisme dan bela negara sudah tidak ada, yang berkibar hanya sebuah sifat
yang rakus dan tamak.nasionalisme kita telah menjadi nasionalisme dangkal,kita
belah merah putih hanya dalam hal-hal ketika itu memiliki keuntungan bagi kita
sendiri,kelompok dan gologan bukan untuk masyarakat luas.suatu bangsa dan
pemerintah sekalipun yang sudah kehilangan kemandirian,tidak akan bisa lagi membedakan
antara patron dan klien,antara majikan dan pelayan,dan antara tuan dan
budak.disini kita mencoba membedakan masalah mendasar bangsa,agar kita tidak
terus menerus terjebak dalam kesemrawutan akan sistem yang rancuh dan bingung
tentang jati diri bangsa sendiri yaitu bangsa indonesia. Bangsa yang besar
bebas,merdeka,berdaulat,mandiri dan mampu menentukan nasib sendiri tanpa
bergantung pada negara lain.
Belum selesai pada wilayah permaslahan korupsi yang tak
berujung,korporasi industri di papua,hukum yang di perjual belikan dan
dimanipulasi sedemikian rupa, muncullah produk baru dengan beberapa kelebihan
jika mengkonsumsinya,keterlibatan bangsa indonesia pada pasar bebas dan terjun
kedalam dunia GLOBALISASI,tiga institusi pilar yang menopang globalisasi sejak tahun 1980 an
yaitu Imf,World bank, dan Wto.ideologi yang menyatukan 3 lembaga bersaudara
adalah apa yang dinamakan Washintong Consensus.sekalipun sudah banyak yang
berpendapat bahwa konsensus washintong itu telah sudah mati atau telah
kehilangan relevansinya,maka semua itu hanya sebuah dongen belaka,jhon
williansom,seorang mula-mula mengamati bahwa lembaga-lembaga yang bermarkas di
washintong,yaitu Imf,world bank,dimana kedua ideologi ini dugunakan untuk
memiliki pandangan bagi negara berkembang untuk ikut bersama negara maju dalam
menganut paham ini untuk merilis dan perbaikan perekonomian negara berkembang,sehingga
membuat 10 rekomendasi untuk negara-negara yang dilanda krisis pada sektor
perekonomian.perdagangan bebas merupakan salah satu poin yang termaktum dalam
10 poin itu dan sekarang telah berlaku pasar bebas yang di motori dengan nama
masyarakat ekonomi asean (MEA), dengan kehadiran MEA bertujuan akan mengurangi
kemiskinan pada negara berkembang, meningkatkan pendapatan perkapita
masyarakat,pembangunan yang lebih mearata dan pendapatan negara akan mengalami
peningkatan. Sebelum kita terlalu jauh masuk dan mengkaji tentang MEA, terlebih
dulu kita harus tau apakah bangsa kita ini sudah pantas untuk masuk kedalam
perdagangan bebas yang dimana negara-negara asean akan masuk kenegeri ini untuk
menjajalkan produk mereka sedangkan kita dengan status negara berkembang,di
ibaratkan bangsa ini masih berumur 8 bulan namun sudah diajak berlari sedangkan
untuk merangkak belum bisa apalagi untuk berlari, mungkin seperti itu gambaran
bangsa kita.perdagangan bebas sudah terlaksana,apalah dikata kita tinggal
menjalani ketentuan yang berlaku dan akan melihat pedangan lokal yang sudah
berkembang akan mati karena produk dari luar lebih diminati dengan sajian
kwalitas. Negeri ini terlalu sombong untuk memasuki wilayah perdagangan
bebas,marilah kita melirik pada sektor pertanian sebelum melangkah pada sektor
perekonomian ketika bangsa ini memang pantas untuk memasuki arena persaingan
pasar bebas,bukan kah kita masih mengimport garam dan beras pada negara
tetangga, inil hanya persoalan garam dan beras yang dimana indonesia lahan
terluas dengan lulusan terhebat lantas garam dan beras saja masih mengimport
bukan kah kita di tertawakan pada negara tetangga dengan congkak melangkahkan kaki
menyetujui kebijakan untuk bergabung pada pasar bebas.ingat mas pasar bebas tak
seperti di malioboro jokjakarta yang sistemnya masih di tawar.tapi pasar bebas
akan memasuki tiap lorong kecil di negeri ini untuk menjajahkan produk mereka
dan imbasnya matilah usaha kecil menengah, lalu apalah arti program
pemberdayaan UKM kalau hanya sekedar untuk dimatikan. Bukan kah produk barang dan jasa negeri ini telah
di pulangkan dari negara tetangga pada saat melakukan eksport dan beralasan
belum memenuhi standar produksi dan konsumsi.ataukah ada alasan tertentu
menyepakati kebijakan pasar bebas demi kepentingan politik dan kepentingan
golongan.bangsa ini akan menjadi penonton di negara sendiri dan pekerja asing
akan semakin leluasa berlomba-lomba berhijrah karena terbukanya peluang
pekerjaan sedangkan sumber daya manusia asing dan lokal jauh berbeda dari 1
bangding 12 lalu bangsa ini akan bengkak oleh pengangguran sedangkan
pengangguran belum teratasi dan masih hanya berada pada tatanan wacana belum
ada implementasi yang rill. namun apalah daya kita yang berfikiran awam ini
akan mati terhisap karena suda tak mampu melepaskan belenggu dan kepala pun tergadaikan oleh pemimpin
bangsa ini.ingat mas kita sudah menguyah paham kapitalisme lalu sekarang
dipaksa untuk menelangnya.ya inilah kita yang lahir dalam bangsa pelacuran ibu pertiwi,ketika
bangsa indonesia,termasuk pemimping nya sudah melupakan ajaran sang
proklamator,justru pemimpin negara tetangga yang masih mengingatnya.Mengapa
benar bila dikatakan bahwa globalisasi dilihat dari beberapa segi hakekatnya
yaitu imperialisme ekonomi,atau seperti kata bung karno sebuah
neokonolonialisme,sebagaimana kita ketahui bahwa imperialisme tempo doloe
bercirikan tiga hal,pertama ada kesenjagan kemakmuran antara penjajah dan
negara yang dijajah yaitu menimbulkan luka dan rasa ketakutan tentang menitik
sejarah.kedua hubungan antara kaum penjajah dan terjajah adalah hubungan yang
eksploitatif yaitu bersifat menindas karena
ada beban moral dan luka yang hampir tertutup namun takut untuk terjadi
luka yang baru, maka terjadilah penindasan dan penjajahan secara
perlahan.ketiga,negara terjajah sebagai pihak yang lemah kehilangan kedaulatan
dalam arti yang luas. Globalisasi yang tidak memprioritaskan hak-hak rakyat
sangat mungkin merosot dan terjerumus ke lembah bentuk tirani,yang dapat
bersifat oligarkis dan oligopolistis.globaliasasi semacam itu di dasarkan pada
konsentrasi kekuasaan gabungan negara dan swasta yang secara umum tidak
bertanggung jawab pada masyarakat (publik).bersama meranumi jiwa semangat anak
bangsa negeri ini, maka tak ada pilihan lain, tirani dan segala bentuk
penindasan akan tumbang bersama pencipta produk yang dikonsumsi bangsaku. (Qmal)