Tuesday, October 25, 2016

Inlander Penyakit Paling Indonesia



Inlander merupakan warisan penyakit mental dari masa penjajahan Belanda yang masih mengakar di Indonesia. Mental inlander berupa bahasa ejekan yang digunakan bangsa Belanda untuk pribumi yang dianggap sebagai kaum budak. Inlander menunjukan sikap kecenderungan menganggap produk dari luar Indonesia selalu yang terbaik, maju, modern dan paling pantas. Mental inlander ditandai dengan tidak adanya rasa percaya diri dalam membangun potensi yang dimiliki bangsa sendiri.
Sayangnya mental inlander yang digunakan sebagai bahasa ejekan telah bersarang pada sebagian rakyat bangsa ini. Tak jarang virus akut ini telah menggerogoti sebagian besar pemimpin dan akademisi sekarang. Hal ini menjadi sorotan salah satu politikus Indonesia, Amien Rais. Dia mengungkapkan bahwa mentalitas inlander tidak hanya mewabah di kalangan rakyat bawah. Tapi juga dialami dengan sama akutnya oleh para pemimpin dan elite politik. Kalau yang terserang mental inlander itu rakyat kecil, paling akibatnya mereka terkagum-kagum kepada bule. Tapi kalau yang terserang penyakit mental inlander adalah elite politik, ekonomi, intelektual, wartawan agamawan, dan elite-elite yang lain, celakalah bangsa kita.
Dari uraian diatas, menunjukkan betapa mental inlander yang terasa masih abstak sangat berpengaruh besar pada perkembangan sebuah Negara. Penyakit ini menghambat segala proses pengembangan diri karena cenderung menjadikan orang kurang kreatif, kurang disiplin, cenderung malas, dan jika menjadi pemimpin maunya menang sendiri. Dalam berbangsa, mentalitas inlander mengakibatkan ketidakmampuan membaca potensi bangsa yang begitu besar, dan bahkan berpikir picik menyerahkan pengelolaan kekayaan bangsa kepada pihak lain karena menganggap bangsanya tidak akan mampu mengatur dirinya sendiri.
Cita-cita sang founding father untuk membangun ekonomi rakyat yang mandiri sepertinya hanya sebatas pengharapan semata. Dilihat dari realitas pada sector perekonomian, sebagian besar sector pendapatan negara mulai dari pertambangan, komunikasi, perkebunan, hingga pertanian telah dikuasai oleh perusahaan asing. Kekayaan alam bangsa hanya dinikmati oleh segelintir elite, sementara rakyat hanya mengambil bagian terkecil. Ketika hal ini dibiarkan begitu saja maka bangsa ini benar-benar akan menjadi bangsa kuli, bangsa pemasok tenaga kerja termurah, bahkan bangsa bermental budak di negeri sendiri.
Tentunya kita sebagai generasi pelanjut tidak menginginkan hal ini terjadi. Langkah pencegahan yang dapat kita lakukan diataranya:
  • Memperkenalkan bahasa asing sedini mungkin.
  • Membiasakan diri berinteraksi dengan orang asing.
  • Membangun pikiran bahwa mereka, orang asing juga seperti kita ada yang pintar dan tentunya ada juga yang malas.
Dengan langkah awal itu mari kita retas penyakit inlander dari diri sendiri dan seluruh rakyat Indonesia. Menyakini bahwa Indonesia adalah negara yang besar, layak dibanggakan dan dikembangkan  dengan segala kekayaan dan potensi alam yang terkandung didalamnya. (qmal)

Nyanyian bisu di Talasalapang 3



Di bawah sinar lampu yang bercahaya memilukan
Aku bersaksi di atas kertas putih
Pada dirimu yang ada di sana duduk manis mengataskan nama rakyat
Sungguh aku telah terbawa senyuman pilkada lambaian tangan janji
Dengan lancang aku merindukan mashab revolusioner
Membayangkan raut wajahmu di dalam sadarku engkau telah bercinta dengan kemewahan rakyat
Cahaya lampu yang temaram seolah ingin melebur rasa di dalam asa yang berkecamuk atas teriakan di sudut negeri.
Di bawah cahaya mu aku bersujud atas kebusukan yang terelakkan
Menanti pena untuk melukiskan sajak kemunafikan pemimpin negeriku
Perlahan suara angin semilir, mendayu membawa kesaksian bisu yang semakin memperjelas kemunafikan
Pada malam ini untuk ke sekian kalinya aku menulis sajak untukmu pemimpinku

TAK ADA PILIHAN LAIN UNTUK NEGERIKU


Masalah besar telah terjadi pada negeri ini yang senang tiasa bergejolak tanpa henti dan tak menauk harus diarahkan kemana untuk memadamkan gejolak didalam tubuh negeri ini, semuanya akan menjadi satu bumbu racikan produk pemilik pencipta sistem,inikah ciri atau identitas negara kita sekarang yang miskin semakin terseret ke lumbung liang lahat dan si kaya semakin berlomba-lomba menimbung dan menggali jalan untuk mendapatkan tahta dan kekuasaan tanpa memikirkan anak bangsa yang tercecer di alis jalan,dengan wajah yang  seakan meminta belas kasih namun tak ada yang tersentuh. inikah yang dikatakan negara berkembang.bangsa yang kita cintai ini hanya berkembang dan mengalami pembengkakan pada wilayah kemiskinan,busung lapar,pendidikan yang terkatung-katung,dan perampokan uang negara.bangsa indonesia urutan ke empat terbesar di muka bumi ini,agaknya sedang mengalami krisis jati diri,krisis moral dan krisis identitas bernegara.begitu banyak hal yang bisa kita banggakan pada negeri ini mulai dari sumber daya alam yang diperebutkan negara-negara kolonial untuk menguasainya,namun banyak hal juga yang membuat kita menyedihkan melihat problematika kebangsaan yang begitu miris terjadi. Apa yang salah dengan negeri ini atau kah ada dosa yang harus di tebus sehingga yang terjadi adalah problema  yang selalu nya berulang-ulang yang tidak berujung,hukum yang seharusnya berlaku secara adil kini tumpul dan melemah karena rupiah,inikah gambaran hukum dinegeri ini yang hanya menitik beratkan dan memanipulasi kejadian dengan nilai sehingga semua terlihat samar.ataukah apa yang di katakan sang proklamator kita presiden pertama republik indonesia dalam penggalan katanya yang mengatakan “perjuaganku lebih mudah karena hanya mengusir penjajah,tapi perjuanganmu akan lebih susah karena melawan bangsa mu sendiri” kini sudah terbukti dengan berbagai problematika yang tidak bisa teratasi.mari merenung bersama dan memikirkan mau diapakan bangsa ini...
Adakah yang salah ketika penulis mengatakan yang sewajar nya yang memang benar-benar terjadi pada bangsa ini.bila bangsa ini kita ibaratkan sebuah rumah di pinggir jalan raya.burung garuda yang berisi 5 poin penting yang tertempel seperti spanduk dan terlihat oleh pengguna jalan, maka seperti ini lah bangsa dan pemerintah kita yang hanya di pajang namun tak mesti di berlakukan dalam bernegara tanpa berlandaskan lagi dengan undang-undang dan pancasila.ini jelas obsesi aneh ketika 5 poin itu hanya dijadikan sebagai formalitas pajangan belaka karena hanya takut menjadi sorotan publik.sungguh ironi negeri ini,sekarang para anggota legislatif sibuk melakukan sosialisasi tentang 5 pilar kebangsaan agar jati diri negara mendarah daging ke setiap insan,ini jelas-jelas hal yang sangat perlu untuk di pertanyakan apakah benar kita semua ini yang berdiri diatas tanah NKRI sudah lupa untuk mengaplikasikan landasan negara sendiri..sungguh miris dan harus tidur dulu untuk memikirkan nasib negara,wajar jika problematika tidak kehabisan stock karena jiwa nasionalisme dan bela negara sudah tidak ada, yang berkibar hanya sebuah sifat yang rakus dan tamak.nasionalisme kita telah menjadi nasionalisme dangkal,kita belah merah putih hanya dalam hal-hal ketika itu memiliki keuntungan bagi kita sendiri,kelompok dan gologan bukan untuk masyarakat luas.suatu bangsa dan pemerintah sekalipun yang sudah kehilangan kemandirian,tidak akan bisa lagi membedakan antara patron dan klien,antara majikan dan pelayan,dan antara tuan dan budak.disini kita mencoba membedakan masalah mendasar bangsa,agar kita tidak terus menerus terjebak dalam kesemrawutan akan sistem yang rancuh dan bingung tentang jati diri bangsa sendiri yaitu bangsa indonesia. Bangsa yang besar bebas,merdeka,berdaulat,mandiri dan mampu menentukan nasib sendiri tanpa bergantung pada negara lain.

Belum selesai pada wilayah permaslahan korupsi yang tak berujung,korporasi industri di papua,hukum yang di perjual belikan dan dimanipulasi sedemikian rupa, muncullah produk baru dengan beberapa kelebihan jika mengkonsumsinya,keterlibatan bangsa indonesia pada pasar bebas dan terjun kedalam dunia GLOBALISASI,tiga institusi pilar yang menopang globalisasi sejak tahun 1980 an yaitu Imf,World bank, dan Wto.ideologi yang menyatukan 3 lembaga bersaudara adalah apa yang dinamakan Washintong Consensus.sekalipun sudah banyak yang berpendapat bahwa konsensus washintong itu telah sudah mati atau telah kehilangan relevansinya,maka semua itu hanya sebuah dongen belaka,jhon williansom,seorang mula-mula mengamati bahwa lembaga-lembaga yang bermarkas di washintong,yaitu Imf,world bank,dimana kedua ideologi ini dugunakan untuk memiliki pandangan bagi negara berkembang untuk ikut bersama negara maju dalam menganut paham ini untuk merilis dan perbaikan perekonomian negara berkembang,sehingga membuat 10 rekomendasi untuk negara-negara yang dilanda krisis pada sektor perekonomian.perdagangan bebas merupakan salah satu poin yang termaktum dalam 10 poin itu dan sekarang telah berlaku pasar bebas yang di motori dengan nama masyarakat ekonomi asean (MEA), dengan kehadiran MEA bertujuan akan mengurangi kemiskinan pada negara berkembang, meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat,pembangunan yang lebih mearata dan pendapatan negara akan mengalami peningkatan. Sebelum kita terlalu jauh masuk dan mengkaji tentang MEA, terlebih dulu kita harus tau apakah bangsa kita ini sudah pantas untuk masuk kedalam perdagangan bebas yang dimana negara-negara asean akan masuk kenegeri ini untuk menjajalkan produk mereka sedangkan kita dengan status negara berkembang,di ibaratkan bangsa ini masih berumur 8 bulan namun sudah diajak berlari sedangkan untuk merangkak belum bisa apalagi untuk berlari, mungkin seperti itu gambaran bangsa kita.perdagangan bebas sudah terlaksana,apalah dikata kita tinggal menjalani ketentuan yang berlaku dan akan melihat pedangan lokal yang sudah berkembang akan mati karena produk dari luar lebih diminati dengan sajian kwalitas. Negeri ini terlalu sombong untuk memasuki wilayah perdagangan bebas,marilah kita melirik pada sektor pertanian sebelum melangkah pada sektor perekonomian ketika bangsa ini memang pantas untuk memasuki arena persaingan pasar bebas,bukan kah kita masih mengimport garam dan beras pada negara tetangga, inil hanya persoalan garam dan beras yang dimana indonesia lahan terluas dengan lulusan terhebat lantas garam dan beras saja masih mengimport bukan kah kita di tertawakan pada negara tetangga dengan congkak melangkahkan kaki menyetujui kebijakan untuk bergabung pada pasar bebas.ingat mas pasar bebas tak seperti di malioboro jokjakarta yang sistemnya masih di tawar.tapi pasar bebas akan memasuki tiap lorong kecil di negeri ini untuk menjajahkan produk mereka dan imbasnya matilah usaha kecil menengah, lalu apalah arti program pemberdayaan UKM kalau hanya sekedar untuk dimatikan. Bukan  kah produk barang dan jasa negeri ini telah di pulangkan dari negara tetangga pada saat melakukan eksport dan beralasan belum memenuhi standar produksi dan konsumsi.ataukah ada alasan tertentu menyepakati kebijakan pasar bebas demi kepentingan politik dan kepentingan golongan.bangsa ini akan menjadi penonton di negara sendiri dan pekerja asing akan semakin leluasa berlomba-lomba berhijrah karena terbukanya peluang pekerjaan sedangkan sumber daya manusia asing dan lokal jauh berbeda dari 1 bangding 12 lalu bangsa ini akan bengkak oleh pengangguran sedangkan pengangguran belum teratasi dan masih hanya berada pada tatanan wacana belum ada implementasi yang rill. namun apalah daya kita yang berfikiran awam ini akan mati terhisap karena suda tak mampu melepaskan belenggu  dan kepala pun tergadaikan oleh pemimpin bangsa ini.ingat mas kita sudah menguyah paham kapitalisme lalu sekarang dipaksa untuk menelangnya.ya inilah kita yang lahir dalam bangsa pelacuran ibu pertiwi,ketika bangsa indonesia,termasuk pemimping nya sudah melupakan ajaran sang proklamator,justru pemimpin negara tetangga yang masih mengingatnya.Mengapa benar bila dikatakan bahwa globalisasi dilihat dari beberapa segi hakekatnya yaitu imperialisme ekonomi,atau seperti kata bung karno sebuah neokonolonialisme,sebagaimana kita ketahui bahwa imperialisme tempo doloe bercirikan tiga hal,pertama ada kesenjagan kemakmuran antara penjajah dan negara yang dijajah yaitu menimbulkan luka dan rasa ketakutan tentang menitik sejarah.kedua hubungan antara kaum penjajah dan terjajah adalah hubungan yang eksploitatif yaitu bersifat menindas karena  ada beban moral dan luka yang hampir tertutup namun takut untuk terjadi luka yang baru, maka terjadilah penindasan dan penjajahan secara perlahan.ketiga,negara terjajah sebagai pihak yang lemah kehilangan kedaulatan dalam arti yang luas. Globalisasi yang tidak memprioritaskan hak-hak rakyat sangat mungkin merosot dan terjerumus ke lembah bentuk tirani,yang dapat bersifat oligarkis dan oligopolistis.globaliasasi semacam itu di dasarkan pada konsentrasi kekuasaan gabungan negara dan swasta yang secara umum tidak bertanggung jawab pada masyarakat (publik).bersama meranumi jiwa semangat anak bangsa negeri ini, maka tak ada pilihan lain, tirani dan segala bentuk penindasan akan tumbang bersama pencipta produk yang dikonsumsi bangsaku. (Qmal)

DERU DEBUR MENELANJANGI MALAM



Deru debur menelanjangi malam jantung kota makassar
Di sebrang sana perihal suaka mencipta segala nafsu
Keindahan danau bagai saksi riwayat dosa-dosa
Bulan nampak samar oleh kalap yang utuh

Di kota ini. tak hanya kendaraan yang bising juga riuh nafsu meratai
Ini bukan sesuatu yang tabu bukan pula ilusi apalagi ironi
Siukan angin yang menggigil tulang tak lagi menarik untuk ku goda
Dekap malam yang tua; sesat semakin di nikmati

Tercandu; kenikmatan haram yg di halalkan
Adalah qhamar yang diregus sampai tuntas
"Barangkali mereka telah lupa jalan pulang"? Entah  ..
Sebelum kaki beranjak , sepasang mata memotret arah persimpangan; sunyi sepi pekat
Kebisingan Kendaraan enggang usai. Bintang2 merayu dengan senyuman yang miris

Bulan mulai memalingkan wajah.
Kebebasan..
Mengirimkannya pada kekosongan tak berbudaya
Aku tersadar, hidup adalah persimpangan jalan.

Yah !!! Persimpangan jalan,bukan?
Hitam putih adalah bgian dari pilihan
Mnjadikan napas sebagai nafsu
Menjadi korban kekejiab dari nafsu dipijakan yg tak lebih dari maung Ini.