Inlander merupakan warisan penyakit mental dari masa penjajahan Belanda yang masih mengakar di Indonesia. Mental inlander berupa bahasa ejekan yang digunakan bangsa Belanda untuk pribumi yang dianggap sebagai kaum budak. Inlander menunjukan sikap kecenderungan menganggap produk dari luar Indonesia selalu yang terbaik, maju, modern dan paling pantas. Mental inlander ditandai dengan tidak adanya rasa percaya diri dalam membangun potensi yang dimiliki bangsa sendiri.
Sayangnya mental inlander yang digunakan sebagai bahasa ejekan telah bersarang pada sebagian rakyat bangsa ini. Tak jarang virus akut ini telah menggerogoti sebagian besar pemimpin dan akademisi sekarang. Hal ini menjadi sorotan salah satu politikus Indonesia, Amien Rais. Dia mengungkapkan bahwa mentalitas inlander tidak hanya mewabah di kalangan rakyat bawah. Tapi juga dialami dengan sama akutnya oleh para pemimpin dan elite politik. Kalau yang terserang mental inlander itu rakyat kecil, paling akibatnya mereka terkagum-kagum kepada bule. Tapi kalau yang terserang penyakit mental inlander adalah elite politik, ekonomi, intelektual, wartawan agamawan, dan elite-elite yang lain, celakalah bangsa kita.
Dari uraian diatas, menunjukkan betapa mental inlander yang terasa masih abstak sangat berpengaruh besar pada perkembangan sebuah Negara. Penyakit ini menghambat segala proses pengembangan diri karena cenderung menjadikan orang kurang kreatif, kurang disiplin, cenderung malas, dan jika menjadi pemimpin maunya menang sendiri. Dalam berbangsa, mentalitas inlander mengakibatkan ketidakmampuan membaca potensi bangsa yang begitu besar, dan bahkan berpikir picik menyerahkan pengelolaan kekayaan bangsa kepada pihak lain karena menganggap bangsanya tidak akan mampu mengatur dirinya sendiri.
Cita-cita sang founding father untuk membangun ekonomi rakyat yang mandiri sepertinya hanya sebatas pengharapan semata. Dilihat dari realitas pada sector perekonomian, sebagian besar sector pendapatan negara mulai dari pertambangan, komunikasi, perkebunan, hingga pertanian telah dikuasai oleh perusahaan asing. Kekayaan alam bangsa hanya dinikmati oleh segelintir elite, sementara rakyat hanya mengambil bagian terkecil. Ketika hal ini dibiarkan begitu saja maka bangsa ini benar-benar akan menjadi bangsa kuli, bangsa pemasok tenaga kerja termurah, bahkan bangsa bermental budak di negeri sendiri.
Tentunya kita sebagai generasi pelanjut tidak menginginkan hal ini terjadi. Langkah pencegahan yang dapat kita lakukan diataranya:
- Memperkenalkan bahasa asing sedini mungkin.
- Membiasakan diri berinteraksi dengan orang asing.
- Membangun pikiran bahwa mereka, orang asing juga seperti kita ada yang pintar dan tentunya ada juga yang malas.
Dengan langkah awal itu mari kita retas penyakit inlander dari diri sendiri dan seluruh rakyat Indonesia. Menyakini bahwa Indonesia adalah negara yang besar, layak dibanggakan dan dikembangkan dengan segala kekayaan dan potensi alam yang terkandung didalamnya. (qmal)
0 komentar:
Post a Comment
silahkan berkomentar dengan bijak dan sesuai pembahasan