Pesta demokrasi baru saja berlangsung
beberapa hari yang lalu dan msayarakat telah menitipkan hak suara mereka kepada
pemimpin yang pilihnya baik itu pada pemilihan presiden dan wakil presiden
maupun legislatif.namun atmosfer pesta demokrasi masih semakin terasa saja baik
itu sebelum pemilihan maupun kini telah terselenggaranya tak ada henti-hentinya
di pertontonkan kepada masyarakat yang membuat masyarakat kehilangan
kepercayaan. Seakan-akan tidak ada hal lain yang lebih penting di negeri ini yang
harus di lakukan kecuali masalah politik, sedangkan persoalan perekonomian
semakin membuat pilu masyarakat tak terlepas dari itu harga hasil bumi petani
yang kini semakin tak berpihak ke petani. Pemilu kali ini benar-benar membuat
pilu atau bisa dikatakan Pemilu Yang Pilu
, mungkin saja ini merupakan daya tarik kursi kekuasaan yang begitu menarik
eksotis dan menjanjikan kehidupan yang disebut sejahtera, kenapa seperti
demikian kita lihat saja para kelakuan elite politik yang menghalalkan segala
cara agar bisa mendapatkan kursi.merujuk dari pesta demokrasi masyarakat
berharap dapat menuai situasi yang baik namun yang terjadi Pengklaiman
Kemenangan yang membuat semakin pilu.
Pada hari ini suasana kebatinan kita begitu
diwarnai dengan kecemasan pemilu yang pilu yang kini membujur diatas maraknya
pembelahan sosial dan mengerasnya kubu-kubu politik yang semakin membuat kita
muak dan ingin merusak tv. Pertanyaan sekarang kepada siapa harus kita percaya dengan melihat pesta demokrasi yang menuai
kepiluan ini ataukah kita harus juga ikut merayakan bahwa peyelenggara telah
sukses melaksananakan tugasnya...?? ketika melihat sistem politik dibanyak negara
belahan dunia kelihatan lebih cepat usang kebangdin dinegeri ini yang semakin
asyik di konsumsi sebagai buah bibir.nasionalisme yang terbungkus dalam
radikalisme dan fundamentalisme etnoreligius,dengan kebangkitan yang begitu
cepat secara luas dianggap sebagai tanda kemunduran demokrasi.
Kepiluan ini tak
berujung setelah beredarnya bahwa instansi penyelenggara telah melakukan
kesalahan yang fatal dimana terjadinya
kesalahan pengimputan data. Kita tidak tahu ini terjadi apakah benar murni
kesalahan atau sesuatu hal lain, kita tidak tahu dan semoga saja ini murni
kesalahan pengimputan data dan bukan sesuatu yang menunjukkan keberpihakan. belum
lagi praktik politik dari setiap tim sukses yang dimana mereka harus
menyadarkan dan mengajak masyarakat untuk memilih berasaskan hati nurani dengan
merujuk dari visi dan misi calon yang
harus dijelaskan agar nantinya pemimpin ataupun legislatif yang terpilih tidak
berwatak kutu-kutu negara yang menjadi benalu dalam sistem ketatanegaraan. Namun
toh juga tim sukses tak ingin berbelit-belit dalam hal itu karena yang
terkonstruksi di kepala mereka dan calonnya harus mendapatkan kursi agar
nantinya setelah duduk mereka bisa mendapatkan potongan kue, Sehingga money
politikpun terjadi dan membuat masyarakat tak ingin memilih jika tak punya
uang. Generasi muda yang seharusnya menajdi patron terdepan untuk mengajarkan
mereka untuk memilih berasaskan melihat dari karakter calon namun kebanyakan
dari mereka menjadi pelaku praktek money politik juga, jika seperti ini terus
menerus terjadi disetiap pemilihan maka wajar saja perubahan akan minim terjadi
karena kita memilih dan mencetak pemimpin berkarakter pebisnis kenapa seperti
itu ya wajar saja karena mereka harus mengembalikan modal. Tak terlepas dari
itu kini bermunculan keanehan-keanehan dari data yang ada dan membuat kita pilu
dalam pemilu kali ini. siapa yang ingin memperbaiki dan siapa yang merusak..??
bahasa seperti ini tak lagi digunakan bahkan dilupakan karena hasrat untuk
menguasai lebih besar atau bisa dikatakan hasrat untuk duduk di kursi sejuta
kewenangan lebih besar dari pada nafsu untuk bercumbu dengan kekasih. Ini bukan
pesta demokrasi namun ini pemilu yang pilu dengan daya tarik kursi kekuasaaan
yang mengubah seseorang dengan karakter
tamak.(Iq)